Tradisi Basapa Thariqat Shatariyah di Tanah Minangkabau


Perkembangan Islam di tanah Minangkabau tidak lepas dari peran para pendakwah yang datang dari luar tanah Minangkabau seperti Gujarat dan Persia, selain itu peran ulama lokal juga diperhitungkan. Hal ini terlihat denganadanya tradisi Basapa yang diselenggarakanmasyarakat Sumatra Barat untuk menghormati ulama lokal mereka yaitu Syech Burhanuddin.

Tradisi Basapa. Sumber docplayer.info  

Tradisi Basapa

Kegiatan ini merupakan ziarah ke Makam Syekh Burhanuddin yang berlokasi di Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Syekh Burhanuddin memang seorang ulama yang mengembangkan ajaran Islam di Minangkabau. Ajaran Tarekat Syatarriah yang dibawa Syekh Burhanuddin mendapat tempat di hati masyarakat Minangkabau yang berpenduduk mayoritas muslim tradisional.

Basapa berasal dari kata Safar yang merupakan nama bulan dalam kalender Hijriah karena umumnya pelaksanaannya dilakukan pada tanggal 10 Safar. Tanggal 10 Safar sendiri diyakini sebagai tanggal atau hari dimana meninggalnya Syekh Burhlanuddin yaitu 10 Safar 1111 H/1691 M. artinya perayaan ini jug sekaligus memperingati kematian Syekh Burhanuddin.

Tujuan kegiatan ini ialah sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih terhadap Syekh Burhanuddin yang telah menyebarkan Islam di kalangan masyarakat Minangkabau. Dengan masuknya Islam di tanah minang, berbagai ajaran dan aktifitas yang bertentangan dengan Islam mulai di berantas sedikit demi sedikit. Seperti halnya tradisi adu domba Garut yang masih bertahan hingga saat ini, beberapa tradisi di Minangkabau tidak seluruhnya hilang.

Profil Syekh Burhanuddin

Burhanuddin Ulakan Pariaman atau dikenal dengan sebutan Syekh Burhanuddin Ulakan lahir tahun 1646 di Sintuk, Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten Padang adalah ulama yang berpengaruh di daerah Minangkabau sekaligus ulama yang menyebarkan Islam di Kerajaan Pagaruyung. Ia juga dikenal sebagai Mursyid Tarekat Shatariyah di daerah Minangkabau.

Beliau dan ayahnya masih memeluk Budha sejak kecilsampai dakwah dari seorang pedagang Gujarat yang saat itu menyebarkan agama Islam di Pekan Batang Bengkawas, Syeikh Burhanuddin dan ayahnya kemudian meninggalkan agama Budha dan masuk agama Islam. Syekh Abdur Rauf as-Singkili, seorang Mufti Kerajaan Aceh yang berpegaruh, yang pernah menjadi murid dan penganut setia ajaran Syekh Ahmad al-Qusyasyi dari Madinah, merupakan salah satu guru dari beliau.

Selama sepuluh tahun, Syeikh Burhanuddin banyak belajar ilmu-ilmu keislaman maupun tarekat dari gurunya, Syekh Abdur Rauf as-Singkili. Berbagai ilmu seperti Bahasa Arab, tafsir, hadis, fikih, tauhid, akhlak, tasawuf, aqidah, syari'ah dan masalah-masalah yang menyangkut tarekat, hakikat dan makrifat ajaran khas penganut Sufi.

Sejarah Basapa

Dalam kurun waktu 1646-1692 Syekh Burhanuddin di Pariaman, tepatnya di Ulakan mengajarkan ajaran agama Islam. Dengan dibantu oleh empat orang muridnya yakni Tuanku Bayang seorang ahli ilmu shorof, Tuanku Kubung Tigobaleh seorang ahli ilmu nahwu, Tuanku Padang Ganting seorang ahli fiqih dan Tuanku Batu Hampa yang merupakan seorang ahli ilmu tafsir dan Al-Qur'an. Mereka menyebarkan Islam dan membangun pusat studi Islam.

Syekh Burhanuddin selalu mengadakan pertemuan rutin dengan keempat muridnya. Konon pertemuan tersebut selalu dilakukan pada tanggal 11 Syafar, di mana saat itu merupakan saat bulan naik sehingga malam harinya mendapatkan sinar terang dari bulan. Syekh Burhanuddin wafat pada tanggal 10 Syafar di hari Arba'a atau Rabu pada 1104 H.

Setelah Syekh Burhanuddin wafat, para murid dan pengikut setia sang ulama lainnya rutin datang ke makamnya yang berada di Ulakan untuk berziarah. Tahun 1315 H beberapa tokoh agama dan adat di wilayah sekitar Pariaman mengadakan pertemuan untuk membahas mengenai jadwal ziarah, beberapa diantaranya adalah Tuanku Syeikh Kapalo Koto dari Pauhkamba dan Tuanku Syekh Katapiang dari Kalampaian Ampalutinggi Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman.

Karena adanya perbedaan di beberapa golongan mengenai waktu ziarah, maka ditetapkanlah ziarah Basapa diadakan pada hari Rabu setiap 10 Safar atau Rabu pada saat bulan naik. Sampai saat ini, beberapa minggu sebelum pelaksanaan Basapa, para tokoh terutama pemuka agama dan adat di Ulakan mengadakan rapat untuk menetapkan hari pelaksanaan.

Berdoa pada acara Basapa. Sumber antaranews.com
Tanah Minangkabau yang merupakan daerah yang kental dengan budaya melayu dan Islam memang sangat potensial untuk dijadikan destinasi wisata masyarakat Melayu, baik dari Indonesia ataupun dari luar Indonesia seperti Malaysia dan Brunei Darusalam. Selain rumah tradisional Minangkabau yang memiliki struktur bangunan unik, beberapa tradisi khas Minangkabau bisa menjadi daya tarik tersendiri.

Comments